Minggu, 04 Maret 2012

"Iwak Peyek" Sudah Jadul di Jawa Timur


MALANG, KOMPAS.com- Kemunculan laguIwak Peyek yang baru saja diluncurkan kelompok penyanyi (girl band) dangdut Trio Macan di Jakarta bisa disebut sebagai adaptasi atau paling tidak pengulangan oleh penyanyinya sebelumnya, Eni Sagita. Penyanyi panggung hiburan ini sudah menyanyikan lagu itu sekitar dua tahun terakhir.
Iwak Peyek mungkin bisa memenuhi contoh betapa komodifikasi (proses menjadi komoditas yang menghasilkan uang) jenis musik dan lagu berlangsung tidak adil, sebab seolah harus senantiasa berkiblat ke Jakarta. Lagu yang sudah populer dan bahkan menjadi fenomena sosial di daerah seolah belum mendapat pengakuan jika belum dinyanyikan penyanyi Jakarta.
Hendro Mardiko, wartawan yang biasa meliput sepakbola di Malang, Kamis (9/2/2012), menjelaskan, Iwak Peyek mula-mula muncul sebagai lagu yang dinyanyikan secara kolosal di pertandingan-pertandingan sepak bola. Terutama komunitas suporter sepak bola yang paling sering dan seperti memiliki lagu itu adalah suporter Persebaya.
Munculnya lagu Iwak Peyek, masih menurut Hendro, setelah terjadi semacam perang lagu di lapangan sepak bola. Suporter Arema di Malang, yang disebut Aremania dikenal memelopori penciptaan lagu-lagu untuk mengiringi pertandingan tim Arema di lapangan. Lagu di dunia suporter penting, karena lagu yang disukai dan mewakili karakter masyarakat pendukung dan imaji yang dibentuk oleh tim sepak bola, bisa berfungsi banyak. Ia menyalurkan agresifitas suporter, terhindar dari perang kata-kata dengan suporter lain yang bisa memancing konflik, dan banyak fungsi lainnya.
Hanya, lagu yang populer kemudian bisa memunculkan proses komersialisasi. Lagu-lagu Aremania, baik yang secara spontan dinyanyikan suporter di lapangan, maupun lagu yang benar-benar diciptakan seniman untuk mengelu-elukan Arema, sudah ada enam hingga tujuh album musik. Lagu-lagu suporter itu kerapkali tak jelas, siapa sebenarnya penciptanya, dan siapa yang berhak atas hak ciptanya dan karenanya boleh mengkomersialkan.
Pertanyaan yang sama bisa dimunculkan pada kasus Iwak Peyek. Terlebih setelah Iwak Peyekmenjadi komoditas dan mungkin saja menghasilkan uang jika nanti meledak di pasaran. Di Jawa Timur, lagu Iwak Peyek ikut dipopulerkan oleh jenis musik baru yang disebut dangdut koplo yang telah menjadi fenomena kesenian panggung rakyat sekitar sepuluh tahun terakhir.
Penyanyi Iwak Peyek, Eny Sagita (tak jelas nama sebenarnya siapa), menyanyikan Iwak Peyekdiiringi kelompok musik OM Sagita, Sidoarjo. VCD show dandgdut koplo yang sangat atraktif, mudah didapat di lapak penjual VCD di kota-kota di Jawa Timur. Iwak Peyek juga kemudian muncul di mesin pencari video You Tube. Pertanyaannya, siapa yang berhak atas uang yang dihasilkan Iwak Peyek? Hendro menggeleng, tak tahu.

1 komentar: